Freddy
Kusharyono tidak pernah menyangka uang yang ditanamkannya di produk
Diamond Investa milik PT Asuransi Jiwa Bakrie (Bakrie Life) akan
tersangkut masalah. Bayangan mendapatkan keuntungan tinggi dari hasil
investasi produk itu sebagai bekal pada hari tua pupus sudah.
Freddy
tidak sendiri. Setidaknya 600 nasabah Diamond Investa dengan total dana
sekitar Rp340 miliar yang menjadi korban gagal bayar Bakrie Life.
Dari
segi produk, sebenarnya tidak ada yang salah di Diamond Investa. Produk
semacam itu lazim dijual oleh perusahaan asuransi jiwa di Tanah Air,
bahkan di negara lain. Yang membedakan antara satu perusahaan dengan
perusahaan lainnya adalah kecermatan manajemen untuk mengelola produk
sejenis.
Kekuatan modal dan kesigapan pemegang
saham pada saat perusahaan tidak mempunyai kemampuan menutup kerugian
atau kegagalan investasi juga turut menentukan.
Diamond
Investa merupakan produk gabungan antara investasi dan asuransi jiwa
dengan fokus di pemberian return investasi yang maksimum dan pasti.
Produk itu menjanjikan imbal hasil sampai di kisaran 12%?13%.
Pilihan
jangka waktu investasinya 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. Dalam
ilustrasi produk itu, dengan investasi awal Rp50 juta, investor akan
mendapatkan nominal dalam 3 bulan sebesar Rp51.232.877, Rp52.541,438
dalam 6 bulan, dan sebanyak Rp55.250.000 dalam 12 bulan.
Produk
itu berbeda dengan unit-linked yang membebankan risiko investasi di
pundak pemegang polis. Menghindari berasuransi karena takut tertimpa
kasus serupa bukan hal yang bijaksana karena asuransi merupakan salah
satu bagian terpenting dari perencanaan keuangan.
Nasabah
hanya dituntut untuk lebih bijaksana dan jeli memilih perusahaan dan
produk sesuai dengan kebutuhannya. Memilih perusahaan asuransi jiwa
menjadi langkah awal yang penting.
Salah satu
parameter untuk melihat perusahaan masuk kategori sehat yakni dari
kinerja keuangan antara lain tingkat risk based capital (RBC) di atas
ketentuan minimal pemerintah sekitar 120%.
Sebenarnya
parameter kinerja keuangan tidak mutlak sebagai pegangan utama dalam
memilih perusahaan. Pada 2007 dan 2008, Bakrie Life menduduki peringkat
asuransi jiwa terbaik di berbagai media.
Ada
baiknya nasabah mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai reputasi
perusahaan. Salah satu yang paling mudah dipantau adalah semakin sering
perusahaan ingkar janji, semakin sering nama perusahaan itu menghiasi
surat pembaca di berbagai media.
Nasabah juga
perlu memastikan penjualan produk asuransi melalui tenaga pemasaran yang
berlisensi. Mereka telah dibekali pengetahuan mengenai produk dan
mengikuti ujian dari Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) sehingga
diharapkan kesalahan penjualan produk bisa diminimalkan.
Lihat karakter
Langkah
penting selanjutnya yakni jeli memilih produk. Nasabah perlu
menyesuaikan produk dengan karakternya apakah Anda masuk golongan risk
taker atau konservatif. Dalam memilih produk ingat konsep high risk,
high return.
Wakil Presiden Direktur PT Panin
Life Tri Djoko Santoso mengatakan nasabah seharusnya jeli melihat
penempatan investasi produk asuransi jiwa berpadu investasi yang
dipilih.
Tri Djoko menjelaskan pada awal produk
serupa mulai dikembangkan di Tanah Air, produk ini dinilai aman untuk
nasabah, sehingga banyak yang menempatkan uang untuk bekal hari tua di
produk ini. Pasalnya, instrumen investasi yang digunakan kebanyakan di
instrumen yang aman yakni obligasi pemerintah.
Hal
yang sama juga dilontarkan oleh Hotbonar Sinaga. Dirut PT Jamsostek itu
mengingatkan nasabah untuk hati-hati dan tidak tergiur keuntungan
besar. ?Hindari produk yang mayoritas penempatan investasinya di saham
karena instrumen itu rawan gejolak, ujarnya.
Selain
pengelolaan investasi yang mem-back up produknya, nasabah juga
sebaiknya lebih teliti melihat pengelolaan risiko perusahaan yang harus
lebih baik dibandingkan dengan produk endowment standar.
Kepala
Biro Perasuransian Bapepam-LK Isa Rachmatarwata mengakui risiko produk
seperti itu di tangan perusahaan, sehingga tidak ada kewajiban
memberitahukan nasabah di mana investasi diletakkan. Berbeda dengan
unit-linked yang penempatan investasi diperjanjikan sejak awal.
Namun,
dia menegaskan pada era keterbukaan informasi seharusnya perusahaan
tidak keberatan menjelaskan investasi yang mem-back up liability produk
itu. Beberapa perusahaan telah memberikan informasi yang terbuka melalui
laporan keuangan di media atau di website. Sayangnya tidak semua
nasabah cermat dan peduli dengan hal seperti itu.
Dia
mengingatkan nasabah untuk tidak serakah saat mendapat penawaran produk
yang menjanjikan tingkat bunga atau return menarik, bahkan terlampau
tinggi. Harus waspada. Jangan karena ditawarkan oleh perusahaan
berlisensi, mereka yakin. Perusahaan berlisensi pun tidak setiap hari
dan setiap detik bertindak prudent, tegasnya.
Regulator
juga mengingatkan perlunya kehati-hatian melihat tawaran perusahaan
yang menjanjikan dana pokok bisa diambil sebelum masa pertanggungan
berakhir atau saat manfaat berikutnya ditawarkan, tanpa terkena penalti.
Produk semacam itu menimbulkan withdrawal risk (penarikan uang) yang
tinggi.
Saat kondisi investasi memburuk,
nasabah panik dan menarik dananya, di sisi lain perusahaan kesulitan
likuiditas, sehingga untuk memenuhi tuntutan nasabah mereka harus
mencairkan investasinya pada saat harga jatuh.
Kuncinya,
produk masa garansinya semakin panjang dan semakin menjanjikan tingkat
investasi yang tinggi, harus semakin disikapi hati-hati, imbuhnya.
Regulator
pada 2008 sebenarnya meminta Bakrie Life untuk mengerem investasinya di
saham yang dinilai terlalu agresif. Akhir 2008, dampak krisis semakin
terasa sehingga RBC mulai minus. Bakrie Life mulai gagal membayar dana
pokok nasabah sekitar Juli dan manfaat investasi pada Agustus.
Biro Perasuransian menghentikan penjualan produk Diamond Investa pada Maret 2009 dan seluruh produk Bakrie Life pada Juni 2009.
Karena
nila setitik, rusak susu sebelanga. Cerita gagal bayar Bakrie Life
mencoreng nama industri asuransi jiwa yang tengah membangun citranya.
Cerita seperti ini sebenarnya tidak akan terjadi kalau perusahaan
asuransi menempatkan keamanan nasabah sebagai prioritas utama. Namun,
hal terpenting adalah Anda menjadi nasabah yang cermat dan bijaksana. (
hanna.prabandari@bisnis.co.id )
Sumber: Bisnis.com